Image by FlamingText.com
Image by FlamingText.com

Selasa, 21 Desember 2010

Bahaya Abu Vulkanik Merapi

Bahaya Abu Vulkanik bagi Kesehatan
Selasa, 2 November 2010 - 09:03 wib
Detail Berita
Tak hanya membahayakan paru-paru, avu vulkanik juga menggangu mata & membuat kulit iritasi. (Foto: Eko P/SI)
ABU vulkanik akibat letusan Gunung Merapi terus beterbangan ke berbagai daerah di sekitar gunung tersebut. Masyarakat sebaiknya mewaspadai abu ini karena bisa mengganggu kesehatan pernapasan, mata, dan kulit.

Setelah meletus pada Selasa (26/10) lalu, letusan susulan Gunung Merapi terus terjadi. Sabtu (30/10) malam, lagi-lagi gunung teraktif di dunia ini mengeluarkan awan panasnya. Disusul letusan berikutnya pada Senin (1/11). Tak hanya korban harta dan nyawa, meletusnya Gunung Merapi juga membawa dampak negatif bagi kesehatan.

Abu vulkanik dari Gunung Merapi yang terbawa angin ke berbagai arah hingga banyak membahayakan warga sekitar, terutama pada kesehatan. Abu vulkanik sering disebut juga pasir vulkanik atau jatuhan piroklastik adalah bahan material vulkanik jatuhan yang disemburkan ke udara saat terjadi letusan.

Dikatakan oleh ahli kesehatan paru dari Rumah Sakit Omni Alam Sutera Tangerang, Dr Thahri Iskandar SpP, pada prinsipnya sewaktu letusan gunung itu terjadi, berbagai macam batu-batuan dikeluarkan. “Kandungan yang terdapat dalam abu vulkanik sangat variatif,” kata dokter lulusan Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya ini.

Thahri mengatakan, apabila dibagibagi, maka kandungan dalam abu vulkanik tersebut terdiri atas pasir dan batu-batuan, produk letusan seperti belerang, juga awan panas yang banyak disebut dengan wedhus gembel. “Semuanya sangat berpengaruh terhadap kesehatan, khususnya paru-paru,” ungkapnya.

Masih dijelaskan Thahri, saat menyerang pernapasan, dampak yang terjadi pun bisa beragam. Misalnya saja saat menyerang kepada orang yang sebelumnya sehat, maka bergantung seberapa besar debu itu menyerang seseorang. “Posisi juga menentukan seberapa besar abu tersebut masuk ke dalam pernapasan kita,” ungkapnya.

Nah, jika posisi seseorang dekat dengan abu vulkanik yang kemudian masuk ke dalam pernapasan cukup banyak, maka bisa membuat saluran pernapasan membengkak karena efek dari panasnya udara. Yang terjadi, bisa saja sesak napas, bahkan sampai mengancam jiwa.

Apabila awan tersebut naik ke angkasa yang kemudian membentuk awan panas, maka bisa sebabkan hujan asam yang juga membahayakan kesehatan maupun lingkungan. Kandungan racun dalam awan panas tadi dapat menurunkan kesuburan tanah dan kematian bagi hewan. “Namun, jika seseorang berada dalam posisi yang jauh, otomatis dampak pada kesehatan pun akan berkurang atau gejalanya lebih ringan,” sebutnya.

Berbeda halnya dengan seseorang yang sudah bermasalah pada paru-paru, seperti pada penderita asma misalnya. Umumnya pada seseorang yang memiliki riwayat asma, maka asmanya akan kumat. “Abu vulkanik merupakan salah satu pencetus terjadinya serangan asma,” paparnya.

Kita semua tahu bahwa asma adalah penyakit yang sifatnya terjadi terusmenerus yang biasanya terjadi apabila terdapat pencetusnya. Dalam hal ini, abu gunung menjadi salah satu pencetus asma yang kuat sehingga yang terjadi pada penderita asma biasanya adalah bengek yang bisa muncul kapan saja saat terpapar abu vulkanik.

Selain asma, abu vulkanik juga sangat berbahaya bagi seseorang yang sudah menderita penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) atau penyakit yang disebabkan gas atau asap yang beracun dan berbahaya.

Di Indonesia yang disebut sebagai gas atau asap berbahaya yang paling banyak adalah asap rokok, bahkan penyakit ini disebut sebagai penyakit asap rokok karena dominasi yang terlalu besar oleh asap rokok yang menyebabkan penyakit ini muncul. Semakin banyak terpapar asap rokok, semakin tinggi risiko.

“Orang normal saja jika terpapar cukup kuat sangat terpengaruh pada kesehatannya. Apalagi orang yang sebelumnya dengan riwayat penyakit pernapasan,” ujar Thahir.

Khusus untuk anak-anak yang terpapar abu vulkanik, mereka akan lebih sensitif dibandingkan dengan orang dewasa karena pernapasan pada anak-anak sedang dalam pertumbuhan. Misalnya saja jika anak jajan terlalu manis, mereka akan lebih cepat batuk karena terlalu sensitif pada makanan yang dikonsumsinya. Untuk orang yang sudah punya penyakit paru sebelumnya, begitu ada keluhan, segera hubungi ahli paru secepatnya.

Dikatakan oleh spesialis paru dari Rumah Sakit Persahabatan, Dr Agus Dwi Susanto SpP, abu vulkanik sangat mengganggu kesehatan manusia terkait dengan berbagai hal, terutama paru, mata, dan kulit.


“Secara umum, efek abu vulkanik pada paru akan menyebabkan iritasi karena bersifat asam,” ujar staf pengajar dari Divisi Paru Kerja dan Lingkungan Departemen Pulmonologi dan ilmu kedokteran Respirasi FKUI/RSCM.

Dijelaskan olehnya, iritasi yang terjadi adalah dari saluran pernapasan atas hingga bawah, seperti batuk-batuk atau bersin. Namun jika fasenya lebih lanjut, maka bisa menyebabkan sakit tenggorokan, timbunan dahak, sesak napas, juga kekambuhan pada penyakit paru apabila seseorang sebelumnya telah memiliki riwayat penyakit pernapasan. “Penyakit tersebut bisa terjadi, jika kejadiannya terus-menerus dan bertahun-tahun,” tegasnya.

Masih dijelaskan Agus, akibat lanjutan dari iritasi saluran napas yang terjadi adalah meningkatnya risiko terjadinya infeksi saluran pernapasan akut (ISPA). Sementara untuk efek jangka panjang, bisa terjadi penumpukan debu di paru atau silica yang berisiko terjadinya silikosis.

Dampak kesehatan yang terjadi di luar kesehatan pernapasan atau paru, di antaranya iritasi pada mata, seperti mata berair hingga kebutaan. Kulit pun menjadi bagian yang terkena dampak akan bahaya vulkanik, di antaranya iritasi berupa gatal-gatal, bisa membuat erosi, bahkan kulit bisa terbakar karena abu vulkanik. “Hindari paparan debu vulkanik dan pergi jauh dari sumber abu vulkanik,” pesannya.

Agus berpesan agar masyarakat sekitar yang terpapar abu vulkanik untuk terus memproteksi diri dari bahaya, seperti menggunakan masker yang aman. Pilih masker respirator yang bisa menyaring partikel-partikel kecil agar debu tidak bisa masuk dari samping. “Masker biasa tipis sehingga tidak bisa memproteksi 100 persen. Walaupun begitu, masker tetap direkomendasikan sebagai alat pelindung diri,” ujar dokter lulusan FK UI ini.

Share

Letusan Merapi

Letusan Merapi Sulit Diprediksi Akibat Habibat Lingkungan Rusak
02 November 2010
TEMPO Interaktif, Semarang - Guru Besar Ilmu Lingkungan Universitas Diponegoro Semarang Profesor Sudharto P Hadi mengatakan sulitnya memprediksi letusan Gunung Merapi tahun ini disebabkan habibat di gunung teraktif di dunia itu sudah mengalami kerusakan.
Sudharto mengatakan sebelumnya jika Gunung Merapi hendak meletus maka ada tanda-tanda alam yang bisa diamati. Misalnya banyak binatang liar yang turun dari gunung, mulai dari harimau, monyet, burung, dan lain-lain. "Orang Jawa biasa menyebut itu sebagai ilmu titen atau untuk memperkirakan kepastian fenomena alam," ujar Sudharto kepada Tempo, Selasa (2/11).
Sudharto yang beberapa waktu lalu terpilih sebagai Rektor Universitas Diponegoro Semarang menambahkan, ilmu titen yang dulu digunakan orang sekitar Gunung Merapi untuk memprediksi fenomena alam kini sudah jarang sekali.
Menurut Sudharto, bukan karena ilmu titen-nya yang sudah tidak relevan, tapi karena berkurangnya populasi binatang-binatang di Merapi. Penyebabnya, kata Sudharto, habibat di gunung yang terletak di Jawa Tengah dan Yogyakarta itu sudah rusak. Selain itu, aksi penambangan baik legal maupun ilegal juga sudah parah hingga merambah Taman Nasional Merapi.

Sudharto mendesak di masa mendatang kerusakan habitat di Gunung Merapi harus diperbaiki. Harapannya, ilmu titen bagi orang Jawa masih bisa dijadikan sebagai patokan untuk melihat fenomena alam. Selain itu, ilmu titen itu juga bisa untuk mensinergikan ilmu yang rasional. Sebab, kata Sudharto, kadangkala warga di lereng Merapi lebih percaya pada ilmu titen dan tidak mempercayai ilmu yang ilmiah atau rasional.

Sejak Selasa pekan lalu, Gunung Merapi mengeluarkan awan panas atau biasa disebut wedhus gembel. Hingga kini, gunung tersebut masih sering mengeluarkan lava panas dan debu. Akibatnya, ribuan penduduk di lereng Merapi diungsikan ke tempat pengungsian.


Pengaruh Letusan Merapi terhadap Lingkungan

http://4.bp.blogspot.com/_4HKUHirY_2U/TIBWIk5TsUI/AAAAAAAABic/zPYi-iuOLTg/date.pngSabtu, November 06, 2010 http://3.bp.blogspot.com/_4HKUHirY_2U/TIBWhW5_9ZI/AAAAAAAABkE/ozQci0lBi6Y/user.pngAdmin
:

http://2.bp.blogspot.com/_MGemtAnJVBM/TNULgM26UII/AAAAAAAABdk/bYtqH0z6eSQ/s320/dampak+meletus+merapi_kedaiobat.jpg


Sampai hari Sabtu pagi ini (6/11), Gunung Merapi Yogyakarta masih meletus dan menyeburkan awan panas. Walau tidak sebesar letusan pada hari Jumat dini hari, namun Letusan Merapi kali ini mengandung Abu Vulkanik yang tersembur hingga radius puluhan kilometer dari Gunung Merapi. Hujan Debu pun sudah "menempuh rute" yang jauh hingga kota Bandung dan Ciawi (Jawa Barat).

Gunung Merapi yang dianggap sebagai "Gunung Panglima" dari Gunung-Gunung Berapi Indonesia yang lain ini, menimbulkan beberapa Dampak Buruk Bagi Kesehatan, khususnya penduduk yang berada dekat Letusan Gunung maupun di tempat pengungsian.

Menurut keterangan Direktur Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL) Kementerian Kesehatan Prof. dr. Tjandra Yoga Aditama, SpP(K), MARS, DTM&H, DTCE pada hari Jumat (5/11), setidaknya ada beberapa Akibat Buruk Letusan Merapi Di Tahun 2010 ini bagi penduduk dan masyarakat sekitar Merapi.

Beliau menyatakan bahwa Dampak Langsung Letusan Merapi bagi masyarakat hasil yang didasarkan reportase Beliau dan Tim di lapangan antara lain :

1. Luka bakar yang diderita pasien. Pasien yang terkena letusan erupsi merapi, banyak yang mengeluhkan sakitnya akibat luka bakar. Luka bakar yang diderita banyak tipe-nya, sesuai dengan derajat parahnya luka bakarnya.

2. Cedera dan penyakit langsung akibat batu, kerikil, larva dan lain-lain. Luka atau Lesi sangat terjadi. Topikal sangatlah berperan untuk kasus ini.

3. Dampak dari abu gunung merapi yaitu berbagai jenis gas seperti Sulfur Dioksida (SO2), gas Hidrogen Sulfida (H2S), Nitrogen Dioksida (NO2), serta debu dalam bentuk partikel debu (Total Suspended Particulate atau Particulate Matter).

4. Memperburukan penyakit yang sudah lama diderita pasien/pengungsi. Penyakit kronis alias menahun yang diderita akan meningkat seiring adanya semburan eru[si merapi ini.

5. Kecelakaan lalu lintas akibat jalan berdebu licin, jatuh karena panik, serta makanan yang terkontaminasi, dan lain-lain.

6. Banyak dari penduduk, terutama sekitar Gunung Merapi yang kehilangan pekerjaan rutin kesehariannya. Bahaya ini jauh lebih penting ketimbang 5 Dampak Bahaya Letusan Merapi ini.

Demikian reportase dampak bahaya letusan Gunung Berapi langsung dari Letusan Gunung Merapi, Yogyakarta. Semoga kita bisa berbagi dengan saudara-saudara kita disana, dengan mengirimkan bantuan baik, materiil maupun spiritual berupa doa.